Jumat, 14 Desember 2012

Ro’



1. Yang dibaca fathah/dammh, maka dibaca تَفْخِيْم (tebal). Seperti:
رَبَنَا الرَحْمَنُ – رُزِقْنَا – الرُوْحُ
Kecuali ketika إمَالَة (huruf yang dibaca miring), maka dibaca Tarqiq
Seperti: مَجْرَهَا
2. Yang dibaca kasroh/kasrotaini, maka dalam kaidah manapun tetap dibaca تَرْقِيْقُ (tipis). Seperti: رِزْقًا – فَضُرِبَ – وَأنْذِرِالنَاسَ – أمْرٍمَرِيْجٍ – وَلَيَالٍ عَشْرٍ
3. Yang mati dan diawal kata, yaitu setelah Hamzah Washal (همزة الوصل), maka ia mutlak dibaca تَفْخِيْم (tebal). Seperti: وَارْزُقْنَا – أُرْكُضْ – أمِ ارْتَابُوْا – وَالَذِى
ارْتَضَى – إرْجِعُوْا – وَإنِ ارْتَبْتُمْ
Keterangan:
 Yang sesudah Fathah artinya sesudah واو العطف
 Yang sesudah Dhammah artinya sesudah همزة الوصل
 Yang sesudah Kasroh artinya sesudah كسرة عارضة (kasroh yang baru)
4. Yang mati dan ditengah-tengah:
a. Dibaca تَرْقِيْقُ , ketika jatuh sesudah Kasroh Asli bersambung dan tidak berhadapan dengan hurug-huruf Isti’la’ dalam satu kata.
Seperti: فِرْعَوْنَ- شِرْذِمَةٍ – مَرْيَةٍ
b. Dibaca تَفْخِيْم , ketika jatuh sesudah Kasroh Asli berhadapan dengan huruf Isti’la’ dalam satu kalimat.
Seperti: قِرْطَاسٌ – مِرْصَادًا
c. Dibaca تَفْخِيْم/ تَرْقِيْقُ, ketika jatuh sesudah Kasroh Asli berhadapan dengan huruf Isti’la’ yang dikasrohkan.
Seperti: فِرْقٍ
5. Yang mati diakhir kalimat:
a. Dibaca تَرْقِيْقُ , ketika jatuh sesudah Kasroh walaupun berhadapan dengan huruf Isti’la’, akan tetapi lain kalimat.
Seperti: وَلا تُصَعِّّرْ خَدَّكَ – فَاصْبِرْ صَبْرًا جَمِيْلاًً
b. Dibaca تَرْقِيْقُ , yaitu yang berada diantara Kasroh dan Ro’ dan tidak diselingi huruf Isti’la’.
Seperti:
الذِّكْرُ- قََدِيِْرٌ- المَصِيْرُ
c. Dibaca تَفْخِيْم/ تَرْقِيْقُ, yang diselingi huruf Isti'la’. Seperti: مِصْرٌ- القِطْرُ
Akan tetapi yang dipilih:
 مِصْرٌ : Dibaca تَفْخِيْم
 القِطْرُ : Dibaca تَرْقِيْقُ
d. Dan dibaca تَفْخِيْم :
 يَسْرٌ (di surah Al-Fajr)
 أَسْرٌ (di mana saja)
 نُذُُُرٌ (di surah Al-Qomar)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar